RSS

Buka Dengan Bang Dan Tutup Dengan Slam Dunk

Terjemahan bebas dari materi oleh: Anthony Perrella, ATM; The Camden County Club 1189-38, Haddonfield, New Jersey;The Toastmaster International

Introduksi – menyiapkan audience untuk apa yang akan segera datang dan menetapkan tujuan bicara Anda (1-2 menit).

Isi, daging dari bicara Anda – memberikan informasi myakinkan dalam tiga atau lima poin (5-6 menit).

Simpulan – ringkasan pesan (1-2 menit).

Read the rest of this entry »

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Maret 2, 2011 inci Public Speaking, Tip Berbicara

 

Distorsi Dalam Proses Berbicara

Terjemahan bebas dari materi dalam: Journal of Agustus 1997; The Institute of Management Excellence

Berbicara berarti berkomunikasi. Berkomunikasi melibatkan dua pihak, yaitu pengirim pesan dan penerima pesan. Dalam konteks berbicara, ini berarti tentang pembicara dan pendengar. Seperti juga bentuk komunikasi lainnya, berbicara secara timbal balik berpeluang memunculkan distorsi komunikasi. Sampai tahap tertentu, distorsi akan membuat pembicaraan menjadi “tulalit”.

Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 2, 2011 inci Tip Berbicara

 

Pembicara yang Juara

(Ron Kurtus; School For Champions)

Menjadi pembicara yang juara tidak berarti bahwa Andalah yang terbaik dalam bidang ini. Melainkan, bahwa Anda mengikuti filosofi untuk menghargai apa yang Anda miliki, hidup sebagai juara, dan menikmati “petualangan” hidup dengan membantu orang lain menikmati apa yang mereka punya.

Pertanyaan:

– Apa yang harus dihargai?

– Bagaiman hidup sebagai juara?

– Mengapa menolong orang lain?

Ads: Pay per Klick..

Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 21, 2011 inci Public Speaking, Tip Berbicara

 

Tag: ,

Carnegie: Belajarlah Dari Kerbau

(Ringkasan Chapter I; “THE ART OF PUBLIC SPEAKING“;Dale Carnegie)

MERAIH PERCAYA DIRI DI DEPAN AUDIENCE

Pernahkah Anda perhatikan, dari jendela kereta yang Anda tumpangi, kerbau di pinggir yang merumput dengan tenang dan tak sekalipun menengadahkan kepala untuk menengok dan bertanya, “gemuruh suara apa ini?” Sementara di sisi yang lain, mungkin saja ada penggembala yang disibukkan oleh upaya untuk menenangkan kerbaunya karena panik mendengar suara gemuruh kereta. Bagaimana cara menyembuhkan ketakutan kerbau yang kedua? Memindahkannya ke pedalaman agar ia bisa merumput di sana dengan tenang, atau membuatnya makin sering mendengar suara gemuruh kereta api?
Ads: Pay per Klick..
Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 21, 2011 inci Public Speaking, Tip Berbicara

 

MEMECAH KEBEKUAN BICARA

(Terjemahan bebas materi oleh: Dr Helen Z. Landon, PhD)

Saat berbicara dengan seseorang atau sekelompok orang, Anda mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan bahan pembicaraan. Apalagi, jika orang atau orang-orang itu baru saja Anda kenal. Dalam situasi itu, Anda punya dua pilihan. Pertama, Anda bisa memecahkan kebekuan, atau kedua, Anda terus-menerus tersiksa saat harus bertemu dan berhadapan dengan orang-orang baru. Berikut ini adalah tips yang bermanfaat agar Anda bisa menjadi “pemecah es” yang hebat.

Ads: Pay per Klick..
Read the rest of this entry »

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 20, 2011 inci Tip Berbicara

 

Siapkah Anda Menjadi Pembicara?

Berikut ini adalah mini quiz untuk menentukan apakah diri Anda sudah cukup siap untuk menjadi pembicara (self assessment). Nilailah diri Anda sendiri. Jujurlah pada diri sendiri. Berilah nilai untuk diri Anda sendiri dengan skor antara 1 sampai 10.

PERCAYA DIRI

1 – 2 – 3        = Saya memang brengsek. Pecundang. Ngehek.

4 – 5 – 6 – 7    = Saya KURANG NYAMAN, tapi berhasil mengatasinya.

8 – 9 – 10    = Saya menyukainya.

OTENTIK

1 – 2 – 3        = Anda bercanda? Mereka tidak boleh melihat asli Saya!

4 – 5 – 6 – 7    = KADANG-KADANG asli Saya keluar juga.

8 – 9 – 10    = Emangnya harus jadi siapa?

PERSUASIF

1 – 2 – 3        = Saya tidak pernah bisa meyakinkan orang lain.

4 – 5 – 6 – 7    = KADANG meyakinkan KADANG tidak.

8 – 9 – 10    = Jika Saya bicara, orang lain mendengar.

ORGANISASI

1 – 2 – 3        = Saya kacau balau. Pikiran Saya simpang-siur.

4 – 5 – 6 – 7    = Saya cukup terstruktur, tapi KADANG ngelantur.

8 – 9 – 10    = Saya tahu ada di mana, dan Saya tahu mau ke mana.

KUSTOMISASI

1 – 2 – 3        = Saya cuma pembicara “kalengan”.

4 – 5 – 6 – 7    = Saya bisa menyesuaikannya, tapi kayaknya SAMA SAJA.

8 – 9 – 10    = Saya senang membuat setiap pembicaraan menjadi unik.

INTEGRASI ALAT BANTU

1 – 2 – 3        = Saya benar-benar tidak terampil dengan alat peraga.

4 – 5 – 6 – 7    = Saya mau saja menggunakannya, tapi MALAS ah!

8 – 9 – 10    = No problem.

MENJAWAB PERTANYAAN

1 – 2 – 3        = Saya merasa jadi target dan bulan-bulanan.

4 – 5 – 6 – 7    = Saya SERING berputar-putar, tapi tetap Saya jawab.

8 – 9 – 10    = Mau nanya apa?

Berkaitan dengan trait ini, banyak pembicara yang berorientasi pada konsep “Almugada”. Apa lu mau gua ada!

ANALISIS:

Jika jawaban Anda 1 – 2 – 3 :

Belajarlah dengan keras dari awal lagi.

Jika jawaban Anda 4 – 5 – 6 – 7 :

Perbaiki semua kata yang dicetak dengan huruf besar. Jadikan bernilai positif.

Jika jawaban Anda 8 – 9 – 10 :

Selamat. Audience menunggu Anda. Anda siap tinggal landas!

Well?

Ikhwan Sopa.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 20, 2011 inci Public Speaking, Tip Berbicara

 

Apa Sih Public Speaking Itu?

Untuk beberapa alasan, ketika orang berpikir tentang public speaking, mereka membayangkan sebuah situasi di mana seseorang yang sangat terlatih sedang berbicara, menguasai forum, berbicara dengan dinamis dan menyampaikan berbagai hal yang berpotensi merubah hidup seseorang atau bahkan ribuan orang.

Dapatkah Anda membayangkan diri Anda sendiri dalam situasi seperti itu? Beberapa dari Anda mungkin berpikir, “Tentu! Saya sudah tidak sabar untuk itu. Itu sebabnya kini saya berdiri di sini, di depan semua orang.” Beberapa yang lain dari Anda mungkin berpikir, “Nggak deh. Sampe kiamat juga nggak. Pokoknya Enggaaaaaak.”

Apapun reaksi Anda, Anda harus tahu bahwa memang hanya sedikit orang yang mau berhadapan dengan situasi di atas. Mengapa? Karena, selain untuk acara-acara yang khusus sifatnya, Anda memang merasa tidak membutuhkan model komunikasi yang demikian. Lantas, apa ini berarti bahwa Anda memang hanya punya sedikit kesempatan untuk berbicara di depan publik? Tidak.

Justru, faktanya Anda hampir selalu berbicara di depan publik. Mungkin Anda guru, mungkin Anda pejabat ketua RT, mungkin Anda di bagian marketing, mungkin Anda orang partai, atau mungkin Anda seorang demonstran. Hanya saja, Anda tidak menganggap semua itu sebagai public speaking.

Setiap kali Anda memberikan pengarahan, menjelaskan bagaimana harus mengerjakan sesuatu, menawarkan bantuan kepada orang lain, atau mendiskusikan pendapat dan pandangan Anda, Anda sebenarnya menggunakan elemen-elemen public speaking.

Anda adalah public speaker saat Anda mencoba meyakinkan tentang sesuatu kepada seorang teman, kawan sekelas, instruktur, teman kerja, atasan, bawahan, murid, anak, keponakan, istri, bahkan mertua. Anda adalah seorang public speaker saat Anda berbagi cerita dengan orang lain. Anda sedang mengimplementasikan keahlian public speaking saat Anda menawarkan ide ke tim kerja Anda atau saat Anda melaporkan situasi terakhir tentang suatu proyek.

Semua situasi di atas menuntut Anda menggunakan keahlian public speaking, yaitu mempraktekkan semua ini:

– Mengorganisasikan ide-ide;

– Menentukan konteks dan memperhitungkan audience;

– Mengadaptasi pesan yang ingin disampaikan kepada dua hal di atas;

– Memilih cara yang paling efektif untuk membagi jalan pikiran Anda kepada mereka;

– Menyampaikan pesan Anda;

– Dan kemudian menyimak reaksi mereka untuk mengetahui apakah mereka telah memahami Anda.

Anda harus terus berupaya untuk makin memahami betapa pentingnya keahlian public speaking untuk mengisi kehidupan pribadi, sosial, pendidikan, profesi, karir dan bisnis Anda.
Get cash from your website. Sign up as affiliate.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 20, 2011 inci Public Speaking, Tip Berbicara

 

Tag: , ,

Menangani Audience Sulit

(Diane DiResta;Presiden DiResta Communications, Inc.;Disarikan dari “Knockout Presentations” (Chandler House Press);HBA Bulletin)

Anda telah siap. Anda naik ke podium, memulai pembicaraan dan “duer!, jleger!, bledug!” – Anda diserang oleh audience yang ganas. Bagaimana Anda bisa tetap tenang dan mengambil kontrol kembali?

Saat saya mulai menjadi konsultan, Saya ingat tentang tugas pertama Saya. Tugas Saya adalah mendisain dan menyampaikan seminar tentang keahlian menulis dan presentasi untuk 30 orang calon MBA.

Hari besar itu tinggal sehari lagi dan saya sudah siap dengan materi Saya. Hanya saja, ada hal kecil. Pihak kampus menjadwalkan bahwa ujian yang berkaitan dengan materi Saya itu, dilaksanakan sehari setelah sesi seminar Saya.

Secara alamiah, para calon MBA itu berpikir bahwa mereka harus belajar sehari sebelum hari ujian. Dan lebih parah lagi, Saya hanya diberi kesempatan mengisi sesi itu selama satu jam. Biasanya, materi Saya harus “dimakan” seharian penuh. Merekapun berhamburan ke kantor administrasi dan mengancam akan memboikot kelas.

Pada jam empat hari itu, manajemen kampus memanggil Saya dan berkata, “Diane, Saya tidak ingin ada persoalan apapun besok.” Kemudian Saya menemui penanggung jawab yang mendatangkan Saya, dan mencoba meyakinkannya untuk menjadwal ulang sesi Saya. Dia menolak.

Saya tidak tidur malam itu sambil memeras otak untuk mencari sebuah solusi. Jika Saya beralasan sakit, Saya akan kehilangan satu klien. Akan tetapi, saya juga tidak mau melangkah masuk ke kandang harimau. Akhirnya, Saya menemukan solusi yang Saya sebut dengan “Strategi 3D” – Depersonalize, Detach, Defuse.

Apakah Anda menangani tim, menjalankan meeting, atau memberikan presentasi oral, tidaklah cukup hanya dengan menguasai materi. Anda juga harus bisa menangani proses. Dinamika kelompok selalu berubah dan berurusan dengan sebuah tim bisa menghabiskan banyak energi. Seorang pemimpin atau fasilitator harus mampu mengubah perspektif dan menggunakan tidak hanya satu strategi.

LANGKAH PERTAMA

Langkah pertama adalah depersonalisasi. Setiap audience datang dengan bagasi emosionalnya masing-masing. Seorang perempuan bisa saja keluar meninggalkan sebuah sesi motivational speaking hanya karena pembicaranya memakai pakaian Elvis, karena dia tidak suka Elvis. Kepergiannya itu tidak berhubungan dengan kemampuan atau bakat sang pembicara. Pelajarannya? Jika Anda bertemu dengan audience yang kritis, sulit atau ganas, jangan diambil hati.

LANGKAH KEDUA

Langkah kedua adalah pembebasan atau detach. Artinya, jangan libatkan ego. Sekali Anda masuk ke pembicaraan secara orang per orang, dan orang yang hadapi adalah seorang biang kerok, maka Anda telah menciptakan sebuah dinamika kompetitif. Jangan biarkan emosi Anda lepas kontrol. Ajukan berbagai pertanyaan yang bisa menghasilkan pengertian, pemahaman dan permakluman. Jangan mengambil sikap bertahan.

LANGKAH KETIGA

Langkah ketiga adalah perlucutan. Hilangkan energi negatif. Salah satu alat perlucutan yang terbaik adalah humor. Jika Anda merasa tertekan, energi negatif akan meningkat. Ambil pendekatan yang ringan, mudah dan menyenangkan. Anda tidak bisa tertawa dan marah pada saat yang bersamaan. Anda harus memilih.

MENANGANI SIKAP BERTAHAN

Untuk bisa menghadapi audience yang sulit, mulailah mengenali tanda-tanda pertahanan. Apakah mereka mulai sering berbicara dengan orang di sebelahnya, terpaku membaca materi, mengotak-atik HP mereka, menantang Anda, mengalami kesulitan mengikuti pembicaraan, atau duduk dengan posisi tubuh tertutup (memeluk badan, meletakkan tangan di tempat tertentu dari tubuhnya dan sebagainya)? Jika Anda merasakan bahwa Anda mulai bekerja lebih keras, maka kemungkinannya Anda sedang berhadapan dengan bentuk-bentuk pertahanan. Sekali Anda bisa mengenali tanda-tanda ini, cari tahu dari mana datangnya.

Pertahanan muncul dari sebab-sebab berikut:

– Bagaimana melakukannya

– Berubah menjadi

– Ingin menjadi

Apakah mereka bertahan karena mereka tidak tahu bagaimana caranya berpartisipasi dalam sesi Anda? Jika begitu, berikan instruksi yang lebih jelas tentang bagaimana mereka bisa berpartisipasi.

Apakah mereka bertahan karena merasa tidak punya kesempatan untuk terlibat secara produktif? Sebagai contoh, katakanlah Anda telah meminta mereka berpartisipasi melalui diskusi dengan partner di sebelahnya. Beberapa dari mereka mungkin tidak menunjukkan respon. Bisa jadi, mereka belum mendapatkan partner. Tolonglah mereka mendapatkan partner.

Atau, Anda meminta mereka bekerja dalam tim dengan anggota empat orang, dan yang aktif hanya dua orang. Bisa jadi, dua anggota yang pasif adalah orang-orang introvert sementara dua yang aktif adalah extrovert. Mereka mungkin saja kesulitan untuk terjun dan didengar. Jika kasusnya demikian, sediakan kesempatan khusus untuk mereka.

Alasan terakhir untuk sebuah pertahanan adalah kesenjangan dalam motivasi. Anda meminta sukarelawan dan tidak seorangpun mengangkat tangan. Mungkin, mereka belum melihat manfaatnya. Mungkin ada terlalu banyak “makanan” di “piring” mereka, sehingga tidak mampu lagi menambah porsi penugasan. Mungkin, mereka tidak ingin memasuki “wilayah” koleganya. Tugas anda, adalah membantu mereka melihat nilai-nilai yang bisa diperoleh dari partisipasi.

Untuk mematahkan pertahanan, gunakan pola-pola interupsi. Dengan kata lain, lakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Goyang mereka, lakukan percepatan. Ceritakan sebuah kisah. Buat mereka terlibat. Anak-anak yang sedang bermain adalah sebuah contoh situasi tanpa pertahanan.

Apakah Anda sedang melakukan sesuatu yang memperkuat pertahanan mereka? Apakah Anda terlalu kaku? Apakah Anda mengikuti skenario yang sama sekali tak bekerja? Apakah presentasi Anda membosankan? Apakah Anda menciptakan situasi yang pembicara-sentris dan bukan berfokus pada mendengarkan kebutuhan dan ketertarikan mereka? Apakah Anda bereaksi terhadap seseorang yang menyulitkan atau merespon situasi secara keseluruhan?

TETAPKAN SETTING DAN ARAHNYA

Banyak sekali masalah bisa dihindari dengan menetapkan harapan-harapan sejak dari awal. Bila orang merasa tidak jelas tentang sasarannya, tentang peranannya, dan tentang bagaimana mereka dievaluasi, perilaku-perilaku menyulitkan akan muncul. Jika berbagai harapan bisa diidentifikasi dengan jelas, berikan mekanisme feedback dari mereka dan dengarkan dengan seksama apa yang mereka sampaikan. Jika seseorang merasa tidak didengar atau tidak dihargai, maka orang itu akan memunculkan perilaku bertahan.

IDENTIFIKASI KARAKTER

Siapakah yang benar-benar bisa menekan “tombol” Anda? Apakah seseorang yang merasa lebih tahu segalanya, atau tukang komplain yang selalu menemukan kesalahan pada setiap hal? Untuk tetap “cool” dan terkontrol, kenalilah karakter-karakter yang bisa membuat Anda “meledak”. Dengan mengidentifikasi dan mempelajari mereka, Anda bisa memperkuat kemampuan Anda.

JENIS-JENIS KARAKTER SULIT

Eager Beaver – Orang ini secara aktif selalu menjadi yang pertama dalam berpartisipasi dan dia berkeinginan membantu. Ia bisa menyulitkan orang lain karena terlalu aktif. Jangan jatuhkan semangat orang ini. Akui partisipasi dan kontribusinya, tapi dorong orang lain untuk ikut berpartisipasi.

Expert – Orang ini menantang otoritas Anda; dan mendebat orang lain. Bisa jadi orang ini benar-benar seorang expert yang membutuhkan pengakuan. Akui kepakarannya tanpa sikap bertahan. Tetaplah bertanya pada orang lain yang bukan pakar tentang pendapat mereka. Strategi jitu untuk para expert ini adalah memainkan kepakaran mereka. Minta mereka menyampaikan pendapat dan pandangan pakarnya. Dengan segera, mereka akan menjadi sekutu tangguh dan siap menghadapi siapapun.

Rambler – Orang ini adalah tukang cerita. Anda meminta waktu, Anda mendapatkan sejarah yang kelewat lengkap lengkap. Untuk menangani seorang rambler, potong bicaranya, intisarikan komentarnya, dan minta orang lain memberikan pendapat. Jangan biarkan orang ini menjadi pembicara pengganti.

Poor Loser – Orang ini tidak akan mengakui satu kesalahan pun. Mereka tidak mempunyai kekuatan ego untuk mengakui kesalahan. Jangan sudutkan mereka. Ciptakan “sepakat untuk tidak sepakat”. Biarkan mereka menyelamatkan mukanya.

Dominator – Mereka ingin mengontrol. Mereka bisa mengintimidasi seluruh audience dengan memonopoli pembicaraan atau aktivitas. Jangan biarkan mereka mengambil alih panggung. Jangan biarkan mereka melakukan kudeta. Gunakan humor. Sebagai contoh, saat meminta respon, Anda bisa bergurau dengan mengatakan, “Ayo! Siapa saja asal bukan Bambang!” Jika ini tidak berhasil, istirahatkan sesi dan bicaralah pada orang itu secara personal.

Side Conversators – Dua atau lebih orang bisa terlibat dalam pembicaraan selama presentasi Anda. Jika audience besar dan ruangan luas, abaikan saja. Tapi dalam kelompok kecil, hal ini mengalihkan perhatian dari pembicaraan Anda. Lakukan kontak mata dengan tukang ngobrol ini dan berhentilah bicara sampai mereka menyadari. Anda bisa mengkonfrontasi mereka secara langsung dan meminta mereka untuk berhenti bicara selama sesi Anda. Atau, cobalah teknik berjalan. Berjalanlah ke arah mereka, berdiri di depan mereka dan teruslah berbicara. Mereka akan menangkap maksud Anda.

Negative – Orang ini sangat bertahan dan memandang negatif terhadap Anda, terhadap materi, topik atau poin Anda, dan mereka tidak ingin berada di ruangan itu. Mulailah mencari tahu latar belakangnya. Tawarkan untuk rekonsiliasi, atau tawarkan untuk berdiskusi setelah sesi.

Complainer
Whiner – Selalu menemukan kesalahan di mana pun. Sering mengeluh tapi tanpa solusi. Mereka mungkin tidak bersikap negatif terhadap materi Anda, tapi memang suka mengeluh. Inilah orang yang “Iya sih, tapi…” Jangan terjebak pada permainan mereka. Ambillah alternatif. Tetaplah fokus dan maju terus.

Hecklers – Cobalah untuk mengabaikan pengacau ini. Jika mereka tidak mendapatkan respon dari Anda, mereka mungkin akan menyerah. Jika Anda menerapkan retorika, maka cara ini hanya akan mengundang mereka kembali lagi untuk mengacaukan Anda. Berjalanlah ke arah mereka, letakkan tangan Anda di pundak mereka dan terus bicara. Jangan menunjukkan sikap menyerang atau meletakkan sesuatu selain tangan Anda. Atau, mintalah mereka memperkenalkan dirinya – mereka biasanya lebih memilih menjadi NN.

Saat berurusan dengan audience sulit, ingatlah bahwa perilaku yang mengganggu adalah cerminan dari kebutuhan yang tak terpuaskan. Strategi terbaik Anda adalah rasa humor dan sebuah pengertian tentang latar belakang perilaku itu. Nanti, jika Anda menghadapi kasus yang sama, ambil sudut pandang 3D – Depersonalize, Detach, and Defuse.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 20, 2011 inci Passion, Public Speaking, Tip Berbicara

 

Meredakan Audience Garang

Tips untuk menghadapi audience yang agresif atau pertanyaan-pertanyaan yang muskil

(Dikutip dari: Management Today Magazine; oleh The Aziz Corporation)

Presentasi bisnis selalu meregangkan urat syaraf, apa yang harus dilakukan bila berhadapan dengan audience yang garang?

KETAHUI DAN PAHAMI AUDIENCE

Dengan melakukan riset seperlunya, Anda bisa menyesuaikan presentasi Anda agar terhindar atau mampu meredakan isu-isu yang peka. Dalam suatu brifing yang tertutup, daftar peserta semestinya lebih mudah diperoleh. Dalam suatu forum yang lebih terbuka, EO yang bersangkutan biasanya menyediakan daftar peserta. Mengenali seluk-beluk mereka, melihat-lihat jurnal atau laporan-laporan perusahaan atau bahkan manual teknisnya, bisa membantu riset Anda.

HINDARI JARGON

Jika Anda ingin menggunakan jargon atau kata-kata sulit, pahami dan kuasailah jargon itu dengan komprehensif. Bahasa sehari-hari selalulah yang terbaik. Dan jika memang ingin menggunakan jargon, latihlah efeknya pada pendengar. Jika tidak sebanding dengan hasilnya, gunakan saja kata-kata biasa.

JANGAN GUGUP OLEH AUDIENCE YANG AGRESIF

Jika seseorang menantang presentasi Anda, layani mereka tapi jaga jangan sampai dialog berkembang terlalu jauh. Tidak perlu bicara kasar. Dari pada merespon secara gamblang berkaitan dengan isu yang dilontarkan, lebih baik menutupnya segera dengan beranjak ke bahasan berikutnya. Lakukan ini tanpa jeda.

JANGAN HINDARI PERTANYAAN SULIT

Ada pertanyaan-pertanyaan yang Anda tidak mau menjawabnya, dan ada pula yang Anda tidak bisa menjawabnya. Dalam kasusu yang terakhir, jangan coba untuk memberikan jawaban palsu. Akui saja bahwa saat itu Anda tidak punya jawaban, dan tawarkanlah kepada mereka untuk menjawabnya segera setelah sesi presentasi. Jika permasalahannya berada di luar “wilayah kekuasaan” Anda, dan ada partner yang menguasainya di sebelah Anda, lemparkan saja kepadanya.

JIKA TIDAK INGIN MENJAWAB PERTANYAAN

Jelaskan dengan sopan kepada audience bahwa Anda tidak akan menjawabnya, tambahkan frasa-frasa “pelembut” agar mereka tetap berada di pihak Anda.
Get cash from your website. Sign up as affiliate.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 20, 2011 inci Tip Berbicara

 

Pengaruh Passion Dalam Berbicara

——————————————————————————————————————————————————————–
U Have Website We have Cash. If you have website put our banner on it, make money for each visitor. Click Here…
——————————————————————————————————————————————————————–
Pernahkah Anda memperhatikan olah raga khas orang Nias? Melompat rintangan setinggi lebih dari dua meter. Selain latihan, apa yang membuat mereka bisa melakukannya?

Pernahkan Anda mendengar cerita sejenis ini: Seseorang yang sedang dikejar anjing, bisa melompati parit yang lebarnya lebih dari tiga meter? Selain, terpaksa, apa yang membuat ia bisa melakukannya?

Passion alias semangat!

Saya dan teman-teman pernah mewawancarai Aa Gym di studio RCTI yang ada ada di Jakarta Utara. Menurut informasi yang kami terima, beliau akan melaksanakan shooting untuk acara Hikmah Fajar. Dari pagi sampai sore.

Sekitar pukul tujuh pagi, kami sudah berada di sana. Menanti “buruan” kami. Kami harus mencoba menyela acara beliau untuk wawancara kami sepagi mungkin. Agar kami tak harus menunggu hingga sore hari.

Sekitar pukul delapan kurang seperempat, beliau pun tiba. Menumpang Mazda E2000 yang sering dipakainya untuk kesana kemari. Kami bergegas menuju ke mobilnya, menunggu di dekat pintu. Beliau pun keluar. Apa yang kami lihat?

Beliau keluar dengan menenteng botol infus, dan sekalian dengan selang dan jarumnya yang masih menancap di tangan! Beliau sedang sakit!

Aa Gym turun, mencabut sendiri jarum infus, menyerahkan selang dan botol infus itu ke tangan stafnya, berjalan menuju ruang rias lalu shooting sampai jam duabelas siang! Setelah istirahat dan sholat, beliau melanjutkan shooting sampai jam lima sore. Kami hanya bisa menunggu sampai semuanya selesai.

Lewat beberapa menit setelah jam lima sore, kami mencoba lagi. Kali ini kami bahkan nekat dengan langsung masuk ke mobil beliau dan duduk di sebelahnya (maaf A’). Apa kata beliau? “Saya sedang sakit. Besok saja ya di Kebayoran Baru (DT Jakarta)?”

Q: Pernahkah kita melihat Aa Gym nampak sakit di televisi?

A: Tidak!

Aa Gym bisa melakukannya, dengan bantuan sebuah anugerah Tuhan yang tak ternilai harganya, yaitu passion, alias motif, alias semangat, alias niat.

Ada lagi. Dan yang ini adalah kisah nyata Saya sendiri.

Seperti biasa, Saya membawakan sebuah training di Hotel Mulia Senayan. Tapi hari itu Saya akan ditemani oleh teman Saya yang juga trainer.

Kebiasaan kami setiap minggu adalah menginap satu atau dua hari di kantor. Malam sebelum training itu juga. Dan teman Saya itu juga.

Seingat Saya, sejak lepas Isya malam itu Ia terus-menerus mengeluhkan sakit giginya yang kumat lagi. Dan itu terus berlangsung sampai pagi hari di lobi hotel. Di hari teman Saya itu harus mengisi training.

Apa yang Saya lihat?

Begitu Ia mulai bicara, Saya tidak melihatnya sakit gigi lagi. Bayangkan, sakit gigi!

Saya hanya melihatnya meringis-ringis lagi saat lunch break dan sore harinya. Sampai kami kembali lagi ke kantor.

Passion alias semangat bahkan bisa “menyembuhkan” sakit yang rasanya tak tertanggungkan bila tidak sedang bicara.

Dua kisah nyata di atas itulah yang membuat Saya mengambil keputusan untuk hari ini.

Dari kemarin, Saya sedang tidak enak badan. dan hari ini Saya hanya ingin diam di kantor. Tak hendak kemana-mana. Malas sekali rasanya. Saya hanya ingin utak-atik mengurusi milis saja. Dan nanti Sore, jam empat tepatnya, Saya ada janji presentasi ke sebuah perusahaan calon klien di bilangan Tendean.

Awalnya, Saya emoh banget dan sangat ingin mereskedul presentasi itu. Tapi sekarang, Saya memutuskan, Saya akan melakukannya!

Doakan.

(Ikhwan Sopa).

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 20, 2011 inci Passion, Tip Berbicara

 

Tag: ,